Rabu, 08 April 2009

Penampakan Si Udin


Perhatikan foto ini, sekilas memang timbul kengerian pada sosok yang dilingkari merah. Di saat yang lain sedang menikmati santapan, sosok misterius tersebut berdiri melayang dengan benda putih aneh di hidungnya. Bila anda zoom lagi foto tersebut, tampak jelas ternyata sosok misterius tersebut adalah Waliyudin Anwar. Udin, begitu ia dispa oleh rekan seangkatannya. Sah-sah saja bila orang merasa ngeri, namun seandainya semua orang mengenalinya lebih dalam lagi, anda akan berbalik merasa malu.

Fisiknya memang tidak se-macho Tora Sudiro, Suaranya memang tidak seindah Ariel. Tapi siapa sangka dia adalah peraih medali perunggu fisika di Olimpiade Sains Nasional (OSN). Siapa yang menyangka dia mempersembahkan medali ONS yang pertama untuk SMA 1 Pemali. Ketika banyak orang yang meragukannya, ia balas dengan membawa pulang medali perunggu. Benar, hanya perunggu memang. Tidak sulit memang bagi anak asrama yang dilabeli “anak unggulan” untuk melampaui prestasinya. Siapa coba yang meragukan tingkat kecerdasan anak asrama. Tapi harap dicatat, tidak banyak yang mau bekerja keras seperti Si Udin.

Ya, Si Udin hanyalah bocah kampung. Hanya punya beberapa buku fisika untuk menghadapi kejuaraan sekelas Olimpiade Sains Nasional. Jangan kaget mendapati lampu kamarnya masih menyala walaupun sudah jam 01.00 a.m. Jangan heran pula mendapati ia duduk di meja belajar ketika rekan yang lain asyik bermain bola.

Ya, Si Udin hanyalah bocah kampung. Ia tak pernah mendapatkan privat dari master fisika. Ia hanya seorang yang terisolir di pedalaman Pemali. Mungkin hanya sifat pekerja kerasnya lah yang membuat ia tetap bertahan dengan segala keterbatasan yang ada.

Ya , Si Udin hanyalah bocah kampung. Bocah kampung yang merupakan salah satu pencetus berdirinya TOSSKOM. Bocah kampung yang kini menikmati hasil kerja kerasnya, beasiswa jurusan fisika murni UGM. Seorang bocah kampung yang kini masih melanjutkan kerja kerasnya.

Ya, Si Udin hanyalah bocah kampung. Dan seharusnya kita yang katanya anak unggulan harus merasa malu dengan bocah kampung ini.

Ya, Waliyudin Anwar. Seorang rival yang hebat sekaligus sahabat yang baik, bahkan terlalu baik. (x)

3 komentar:

  1. hehhe, two thumbs up wat k3 yg posting neh tulisan, and course, 4 thumbs up wat kak udin "hanyalah bocah kampung" (upz,hehhe, sekedar ngutip dikit kak) ^_^

    BalasHapus
  2. Yup, kak udin emang jitu ....

    BalasHapus
  3. khotib(6th' genz)23 April 2009 pukul 16.51

    salut bwat kak udin...

    BalasHapus