Duh, jatuh cinta berjuta rasanya. Gunung tinggi kan kudaki, lauatan api kan kuseberangi. Itulah gambaran umum untuk mereka yang sedang terkena panah asmara. Seperti yang bisa anda lihat foto di samping. Sebagai manusia yang normal, tentu saja hal ini juga terjadi pada anak asrama. Terlepas itu cinta sejati atau cinta monyet atau cinta mati atau apalah namanya, kisah asmara di asrama cukup menarik untuk dikupas, setajam silet. Pertama-tama disampaikan bahwa tulisan ini tidak bermaksud menyinggung pihak manapun. Nyantai aja lah, yang nulis ini juga mengalami kok…
Sebenarnya sih tidak sulit menjelaskan terjadinya fenomena asmara sesama penghuni asrama ini. Yang pertama disebabkan faktor terisolirnya (dalam tanda kutip) anak asrama dari dunia luar. Ibarat katak dalam tempurung, pergaulan selama 3 tahun yang cenderung dihabiskan di asrama berakibat terjadinya kecendrungan untuk menjalin asmara sesama penghuni asrama. Kondisi ini diperkuat dengan frekuensi tatap muka yang lumayan sering. Bayangin ajalah, mau makan ketemu dia. Mau senam, liet dia lagi. Mau nonton, eh disampingnya ada dia. Nah, hal ini memungkinkan timbulnya benih-benih asmara, meskipun tidak ada data resmi yang memperkuat hipotesa ini. Umumnya para penganut teori ini, tidak memperpanjang hubungan mereka setelah lulus SMA karena kembali ke awal, ibarat katak dalam tempurung. Setelah mata terbuka melihat dunia luar, semua ideologi yang pernah diucapkan saat menjalin asmara dulu, runtuh tak berbekas. Ya, dunia tak sekecil daun kelor, katanya.
Kemungkinan berikutnya bisa aja disebabkan oleh faktor ikut tren. Pokoknya kalo mereka punya, saya juga harus punya. Begitu paham yang dianut oleh mereka yang hanya sekedar ikut tren. Biar keliatan keren gitu. Terkadang mereka yang menganut teori ini merasa tertantang untuk “menaklukkan”. Umumnya ini terjadi pada senior ke junior. Rasa hormat yang terlalu berlebihan dari yunior turut mendukung aksi para senior juga.
Namun, kalau kita mau jujur, ternyata ada juga loh yang ngedapetin soulmate-nya di asrama. Paling tidak, masih ada yang mempertahankan hubungan mereka hingga kini meski udah lulus. Kasus seperti ini jarang terjadi. Kaum minoritas.
Dan jangan heran, juga tidak sedikit ada yang menjalin asmara dengan anak asrama meski udah dilabeli sebagai alumni, walaupun sudah merantau ke negeri orang yang tentunya ada banyak pilihan rasa di tanah rantauan. Tentunya ini bukan sesuatu yang dilarang. Kalau bahasa puisinya, “kita ga bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta”. Jadi kita mana tahu ternyata cinta berlabuh ke anak asrama lagi. Ini bukan pembelaan lho…
Disamping memunculkan kisah nan indah bagi dua sejoli yang sedang terpanah asrama, ternyata juga timbul kelucuan dari romansa yang mereka timbulkan. Tengok saja gimana perjuangan si pria menaiki tanjakan di jalan asrama sembari membonceng si wanita dengan sepedanya. Lu tau sendirilah gimana capeknya. Panas terik, perut lapar, keringat bercucuran, juga nafas yang terengah-engah. Sebenarnya sih si pria udah ga kuat banget, tapi adrenalinnya seakan terpacu demi si wanita idaman. Kata orang, itulah cinta. Yup, pemandangan seperti ini setidaknya menimbulkan kelucuan bagi mereka yang menyaksikan. Tapi, dua jempol deh untuk yang pernah melakoninya.
Romantisme ala anak asrama akan lebih terasa lagi ketika malam minggu tiba, bisa nonton tv bareng sambil berharap film yang ditayangkan adalah tentang cinta, semisal titanic, romeo & Juliet, de el el. Atau duduk-duduk di lapangan voli menghitung banyaknya bintang (gaya klasik). Atau bagi yang mau kelihatan intelek dikit, belajar berdua di GSG dengan membawa setumpuk buku.
Asmara ala asrama. Semoga anda bijaksana menjadikan semuanya pelajaran bagi anda sendiri. Bila anda pernah berbuat kesalahan karenanya, ingat keledai sekalipun tidak akan jatuh pada lubang yang sama. Dan bila anda merasa benar, ingat bahwa Allah SWT lah Yang Maha Benar dengan segala firman-NYa. (by : x)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar