Makan kok Rebutan..??

Tulisan kali ini menceritakan tentang fenomena sikap “nyeleneh” anak asrama saat berbagi makanan (bahasa lainnya rebutan makanan). Ini dituturkan apa adanya berdasarkan pengalaman penulis selama berada di rumah kedua bernama asrama. Dan sepertinya budaya rebutan saat dihidangkan makanan ini masih terjaga rapi hingga sekarang (mungkin). Klo dipiki-pikir ngapain mesti rebutan tidak karuan selagi bisa berbagi dengan damai dan tertib. Nah, itu die masalahnya. Udah berapa kali dicoba untuk tertib namun entah kenapa selalu gagal.

Sejatinya tradisi rebutan ini adalah sah-sah saja (bukan mengajari loh). Maklumlah, tinggal di asrama ga seperti berada di rumah sendiri. Misal di rumah sendiri kan klo laper mungkin ada stok makanan/cemilan. Klo di asrama?? Tau sendirilah, udah tertera jelas jadwal makan anak asrama, 3 kali sehari. Okelah untuk mereka yang nafsu makannya normal, namun ini tidak oke untuk mereka yang mempunyai nafsu makan melebihi manusia normal. Dan celakanya lagi, mereka yang masuk golongan nafsu makan besar ini adalah kaum mayoritas di asrama.

Tentunya anda bisa menebak sendiri apa yang akan terjadi bila kaum mayoritas ini dikumpulkan dalam satu tempat lalu ditawari dengan makanan. Beringas dan agresif, itulah kenyataannya. Aturan tertib ga berlaku disini. Rebut sana rebut sini, pegang sana pegang sini, terkadang salah pegang, kepala teman dikira rambutan. Biasanya makanan yang masih bisa untuk dinikmati tinggal 50 % dari total yang dihidangkan. Anehnya mereka malah tertawa seperti sedang menikmati adegan lucu. Yup, itulah poin yang dinikmati dari kebiasaan ini, yaitu lucunya dalam hangatnya kebersamaan.

Tidak peduli dimata orang luar anak asrama tampak rakus-rakus, tidak peduli juga ketika dibilang katro, wong deso, atau istilah lainnya. Jujur saja, adegan berebut makanan ini tidak pernah sebelumnya dilakoni oleh saya yang nulis ini, dan tidak juga dlakukan lagi hingga sekarang saya udah tidak di asrama lagi. Seakan ingin melegitimasi pernyataan bahwa ini hanya akan dilakukan dengan teman-teman dahulu, bukan yang lain, karena alasan yang sulit dimengerti. Tidak peduli siapapun, tentunya anda-anda juga mempunyai pengalaman yang tidak jauh berbeda dengan saya, mungkin. (by : x)